Rabu, 03 November 2010

“Belajar dan Pembelajaran yang Efektif di Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang”


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Undang-undang Sisdiknas, 2003). Dalam mewujudkan fungsi pendidikan nasional, pemerintah mempunyai perhatian yang baik terhadap pembinaan generasi muda secara menyeluruh dengan menyediakan berbagai jenjang pendidikan dari pra sekolah (taman kanak-kanak), sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, dan perdosenan tinggi (Padmonodewo, 2000).
Pasal 19 UU Sisdiknas Th 2003, menjelaskan bahwa: ”Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perdosenan tinggi adalah lembaga ilmiah, dan kampus adalah masyarakat ilmiah. Konsekuensi logis dari kedudukan perdosenan tinggi baik sebagai lembaga ilmiah maupun sebagai masyarakat ilmiah, mengacu kepada tanggung jawab dan kewajiban untuk melaksanakan peranan, fungsi, guna mencapai tujuan pendidikan yang pada gilirannya memerlukan unsur-unsur manusia, metode, materi, yang secara bersama-sama saling terkait dan saling menunjang dalam kerangka pelaksanaan proses pendidikan yang efektif.
Salah satu cakupan dari pendidikan tinggi adalah program Pendidikan Pascasarjana, yang sasarannya adalah menghasilkan lulusan magister yang mempunyai kompetensi dan komitmen untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki demi kemaslahatan manusia, bangsa dan negara. Universitas Negeri Padang adalah salah satu universitas yang melaksanakan pengembangan pendidikan program Pascasarjana.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang merupakan bagian integral universitas, dan kedudukannya setara dengan fakultas-fakultas dalam lingkungan universitas. Segenap unsur dan kegiatan program pascasarjana merupakan bagian dari keseluruhan keberadaan aktivitas universitas. Adapun visi dari program pascasarjana UNP adalah menjadi pusat keunggulan yang menghasilkan magister dan doktor yang berkualitas dan mampu bersaing dalam kajian bidang kependidikan, keilmuan, teknologi dan seni(IPTEKS) yang dilandasi oleh iman dan taqwa.
Mahasiswa program pascasarjana, khususnya program magister dalam penyelesaian studinya harus menempuh/mengambil mata kuliah yang sesuai dengan kurikulum program studi masing-masing. Dalam pelaksanaan penyelesaian studi di program pascasarjana UNP, kegiatan belajar dan pembelajaran dilakukan dengan seefektif mungkin. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara umum yang dilakukan di program pascasarjanaa UNP dilaksanakan dengan metode diskusi dan analisa pemecahan masalah.
Metode diskusi dan analisa pemecahan masalah dilaksanakan sebagai metode yang efektif dalam proses belajar dan pembelajaran di program pasacsarjana UNP. Namun dalam perkembangannya proses pembelajaran dipandang kurang dapat memberikan pemahaman tentang materi yang disampaikan, ini disebabkan karena penguasaan materi mahasiswa tergolong rendah, sehingga dalam pelaksanaannya diskusi dan analisa pemecahan masalah tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan kondisi pembelajaran yang telah diuraikan di atas dikhawatirkan keadaan tersebut akan mengurangi mutu lulusan, karena dikhawatirkan materi perkuliahan yang seharusnya dapat dimengerti oleh mahasiswa, malah sebaliknya materi tidak dapat dikuasai dikarenkan proses pembelajaran yang kurang efektif. Selain masalah yang telah diungkapkan di atas ada beberapa masalah lain yang dianggap menjadi faktor-faktor penghambat terjadinya proses belajar dan pembelajaran efektif di Program Pascasarjana UNP.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal mencakup dosen, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem. Sebagai contoh, adanya keterbatasan dosen dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi perkuliahan dipandang oleh mahasiswa terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.
Faktor-faktor yang bersifat internal, dari mahasiswa itu sendiri, mencakup motivasi, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, penguasaan bahasa Inggris, dan kesenjangan belajar (learning gap). Motivasi yang rendah ditandai dengan cepatnya mereka merasa bosan, berekspektasi instan (quick yielding), sukar berkonsentrasi, tidak dapat mengatur waktu, dan malas mengerjakan pekerjaan rumah. Kemampuan awal yang lemah ditandai dengan sulitnya mereka mencerna pelajaran (termasuk sulit memahami buku teks), sulit memahami tugas-tugas, dan tidak menguasai strategi belajar.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik unuk membuat sebuah tulisan mengenai belajar dan pembelajaran yang efektif di program Pascasarjana UNP, dan juga beberapa usulan strategi pembelajaran yang cocok dan efektif dipakai dalam pelaksanaan proses belajara dan pembelajaran di Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
B.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengusulkan beberapa metode belajar dan pembelajaran yang efektif di Program Pascasarjana UNP.
2.    Mengembangkan perspektif baru tentang pembelajaran yang berkualitas.
3.    Mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan yang baru.
C.   Kegunaan Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapakan dapat berguna bagi:
1.    Mahasiswa Pascasarjana UNP, sebagai tambahan ilmu pengetahuan di bidang strategi pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran selanjutnya dapat memvariasikan metode pembelajaran dalam pelaksanaan perkuliahan.
2.    Program pascarjana UNP, sebagai bahan masukan untuk penentuan kebijakan dalam hal penyediaan media pembelajaran yang akan digunakan.



BAB II
PEMBAHASAN
            Dalam bab ini akan disajikan beberapa metode belajar dan pembelajaran yang efektif di program pascasarjana. Sebelum diuraikan metode pembelajaran yang efektif di program pascasarjana, berikut akan dijelaskan konsep dari belajar dan pembelajaran efektif di program pascasarjana.
A.   Konsep Belajar dan Pembelajaran Efektif
Belajar adalah inti dari pendidikan. Pendidikan akan kehilangan ruhnya jika peserta didik tidak mau melakukan kerja belajar. Sehingga pendidikan dan belajar adalah tunggal. Satu dengan yang lain saling terkait dan amat menetukan dalam pengembangan potensi yang ada dalam diri manusia. Belajar adalah proses mengawali terjadinya perubahan. Untuk itu dalam menyelenggarakan pendidikan yang baik, hal paling utama yang harus ditaburkan pendidik kepada peserta didik adalah bagaimana pesera didik itu bisa berziarah menyelami kandungan pendidikan
Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa/siswa/peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat siswa senang (Dick & Reiser, 1989). Pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja oleh dosen/pengajar untuk membuat mahasiswa/siswa belajar melalui pengaktifan berbagai unsur dinamis dalam proses belajar siswa. Beberapa ciri-ciri pembelajaran dikemukakan oleh Gagne (1975), sebagai berikut: ”Mengaktifkan motivasi, memberikan tujuan belajar, mengarahkan perhatian, merangsang ingatan, menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi, melancarkan transfer belajar dan memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik”.
Pembelajaran efektif menurut Sutikno (2004:88) ialah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dinginkan. Muara dari berfungsinya dengan baik pengelolaan pembelajaran adalah pembelajaran efektif. Artinya dari posisi dosen tercipta mengajar efektif dan dari segi mahasiswa tercipta belajar efektif.
Untuk mencapai pembelajaran aktif, maka satu aspek penting di dalamnya adalah masalah metode yang digunakan dosen dalam menciptakan belajar aktif. Sesungguhnya tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik bila dibandingkan dengan yang lainnya. Artinya masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahannya. Dalam konteks ini, setiap metode pembelajaran yang membantu mahasiswa melakukan kegiatan dengan mengkonstruksi pengetahuannya yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai metode, yang dapat mendorong kegiatan belajar aktif.
Pembelajaran efektif selalu ditandai dengan adanya proses dialogis antara dosen dan mahasiswa. Relasi dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran efektif diarahkan kepada pengembangan kemampuan mahasiswa untuk membangun secara aktif-konstruktif pengetahuannya sendiri dengan menelusuri berbagai masalah secara kontekstual sekaligus mengkonsepsikan jawabannya. Proses pembelajaran yang demikian dibangun melalui keterbukaan serta penafian terhadap sekat-sekat imajiner antara dosen-mahasiswa. Relasi dosen dan mahasiswa terjalin melalui komunikasi dengan mempergunakan berbagai media yang ada di sekitar kelas, yang dipersiapkan dosen, atau lingkungan pembelajarannya.
B.   Usulan Metode Belajar Efektif
Model-model belajar yang dimaksud pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar mahasiswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar. Dengan memahami model-model belajar ini, diharapkan para mahasiswa dan dosen dapat belajar secara efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu:
1).                  Peta Pikiran
Buzan (1993) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal  berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Program Pascasarjan Universitas Negeri Padang, maka yang akan difikirkan terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar penghargaan untuk perkuliahan per-sks.
2).                  Kecerdasan Ganda
Goldman (2005) mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan  bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitasa negatif, misal kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia.
3).                  Metakognitif
Secara harfiah, metakognitif  bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berfikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya,  yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu. Sharples & Mathew (1998) mengemukakan pendapat bahwa metakognitrif dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pola pikir pada situasi lain yang dihadapi.
Kemampuan metakognitif setiap individu akan berlainan, tergantung dari variabel meta kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi berpikir. Holler, dkk. (2002) mengemukakan bahwa aktivitas metakognitif tergantung pada kesadaran individu, monitoring, dan regulasi.
4).                  Komunikasi
Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar mahasiswa, mahasiswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan dosen. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula yang berkpribadian negatif.
5).                  Kebermaknaan Belajar
Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).


6).                  Konstruksivisme
Dalam paradigma pembelajaran, dosen menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) mahasiswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang disajikan. Sehingga jenis komunikasi yang dilakukan antara dosen-mahasiswa tidak lagi bersifat transmisi sehingga menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan lebih bersifat negosiasi sehingga tumbuh suasana fasilitasi.
7).                  Prinsip Belajar Aktif
Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.
C.   Usulan Strategi Pembelajaran yang Efektif
”Disain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional” (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya  belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, dosen harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi mahasiswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi dosen itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Diharapakan dengan adanya model pembelajaran yang bervariasi akan tercipta proses belajar dan pembelajaran efekif di program pascasarjana.
1).  Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Strategi pembelajaran yang bersifat kooperatif memiliki empat unsur penting, diantaranya adalah adanya peserta dalam kelompok dan ada aturan dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009:241) yang menjelaskan bahwa:
”Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai”.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,  menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, mahasiswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2).  Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009:255) yang menjelaskan bahwa:
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

3).  Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
4).  Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.  Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
5).  Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
John Dewey dalam Sanjaya (2009:217) menjelaskan ada 6 langkah strategi pembelajaran berbasis masalah yang kemudian dinamakan metode pemecahan maslah (Problem Solving), yaitu:
1). Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan; 2).menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang; 3). Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya; 4). Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; 5). Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan; 6). Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan”. 

6).  Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan  melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
7).  Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterbukaan, dan ragam berpikir.
8).  Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara dosen menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap mahasiswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk mahasiswa secara acak sehingga setiap mahasiswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, mahasiswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan  dalam proses tanya jawab.

9).  Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
10).   Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sintaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, dosen membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.








BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting dalam pendidikan. Bahkan tidak jarang hasil akhir dari pendidikan ditentukan keberhasilan proses belajar mengajar ini. Hal ini membawa implikasi bagi pendidik agar memiliki kemampuan dalam hal proses belajar mengajar. Untuk mendukung proses tersebut, pendidik harus mempelajari teori-teori tentang belajar.
Dengan mempelajari teori-teori belajar ini, pendidik akan memahami hakikat belajar menurut berbagai aliran. Untuk selanjutnya , teori-teori tersebut dapat digunakan sebagai kerangka dalam melaksankan proses belajar mengajar. Oleh karenanya, pembelajaran yang efektif sesungguhnya adalah persoalan pemberian metode yang tepat dan efektif kepada peserta didik. Untuk itu, pendidik seharusnya menganut paradigma ‘pembelajaran’ bukan ‘pengajaran’.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal berikut:
1.        Pembelajaran yang efektif meliputi persiapan atau perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (evaluasi). Ciri pembelajaran yang efektif yakni aktif/interaktif, kovert, kompleks dan memperhatikan individual mahasiswa.
2.        Ada banyak strategi pembelajaran yang bisa divariasikan, sehingga hal tersbut akan membuat mahsiswa termotivasi dalam belajar.
B.   Saran
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, adalah salah satu program pascasarjana yang sangat berpotensi menghasilkan lulusan yang berkualitas, untuk itulah diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan saran kepada:
1.    Mahasiswa program pascasarjana agar lebih dapat berinovatif dalam memvariasikan metode-metode belajar, dan strategi pembelajaran, sehingga dalam proses belajar dan pembelajaran informasi tentang materi akan lebih mudah dipahami.
2.    Dosen pada Program pascasarjana, agar bisa lebih menguasai strategi-srategi pembelajaran yang menarik sehingga tercipta proses belajar dan pembelajaran yang efektif, dan menyenangkan.
3.    Rektor Universitas Negeri Padang, selaku pimpinan dalam lembaga tersebut, agar dapat meberi dukungan baik moril maupun materiil dalam pengembangan program pendidikan pascasarjana.
4.    Dirjen DIKTI agar terus membina dan mengembangkan program pendidikan pascasarjana, dan senantiasa memberi dukungan penuh terhadap pelaksanaan pembelajaran efektif di Program Pascasarjana.
DAFTAR PUSTAKA
Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan University.
Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.
Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.
Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.
Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Sandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Smith, P. L.&Ragan, T.J.1993. Instructional design . New York: Macmillan Publishing Company.
Padmonodewo. (2000). Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Depdikbud.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar